A White Lies




Malam sudah semakin gelap, cahaya matahari yang tadi nampak sendu sudah makin temaram. Keheningan pun makin menjadi di ruangan kantor Andi.

Salah satu sahabat gw di kantor ini nampak beda sekali hari ini.

Matanya selalu menatap kosong, entah apa yang sedang bergelayut di benaknya.

"Ji.," sapanya sedikit parau.

"Hai Ndi, lo beda banget hari ini. Ada apa?"

Andi cuma tersenyum. Senyum yang sangat nampak dipaksakan.

"Gw sudah bikin salah besar, Ji."

Hmm?

Ada masalah apa lagi sahabat gw ini. Come on, you can always talk to me.

"Tentang Arie?" tebak gw.

Andi mengangguk.

"Ada apa lagi? Hey, apa kabar dia? Gw ga pernah dengar kabar dia semenjak dia keluar kerja."

Andi mengangguk lagi. "Gw juga ga tau gimana kabar dia lagi..," ucapnya kemudian.

Gw mengernyit. Heran juga, karena setahu gw, hubungan antara kedua anak manusia ini sangat dekat.

"Ndi.., bukan kah kalian...?"

Andi mengangkat bahunya, tanpa mengucap satu kata pun.

"Trus maksud lo telah melakukan kesalahan besar itu apa?"

Andi menghela nafas panjang.

"Gw sangat cinta dia, Ji. Terlalu cinta malah."

"Trus salahnya di mana?"

"Kesalahan gw adalah, gw selalu bermain dengan perasaan gw sendiri. Saat tiba-tiba Arie menghilang tanpa kabar, yang ada di benak gw dia telah lupakan gw. Sudah ga anggap gw lagi..," ucapnya pelan.

"Gw masih belum paham di mana salah lo," kata gw.

"Salahnya adalah, gw berusaha untuk tahu, di mana Arie, gimana kabar dia... gw tanya ke sahabatnya tentang dia."

"Hmm?"

"Karena di pikiran gw, dia cuma pergi dari gw, menghindari gw."

"Dan gw ngobrol apa adanya tentang perasaan gw ke sahabatnya itu."

"Gw pengen ada yang ngebantu ngeringanin beban gw, Ji."

"Tapi gw ga sadar, kalau ada bagian dari cerita gw dan dia yang tidak bisa diceritakan ke orang lain; bahkan pada sahabatnya sendiri."

Andi menghela nafas panjang lagi.

"Entah lah, Ji...," ucap Andi seakan ga butuh komentar apa pun dari gw.

Gw pun ikut terdiam, membiarkan hening dan gelapnya malam makin meraja.

***

Ya, kadang, ada kalanya berkata apa adanya tidak lebih baik dari diam.

Sepertihalnya heningnya malam ini; tanpa perlu mengucapkan kata sedikit pun, fajar akan selalu menjelang.

Dan diam tidak berarti dusta, kan?

***

PS: It's just a white lies.



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.