Catatan Tentang Kita (1)
Pernah suatu ketika.
Di antara langkah-langkah yang tergegas, dan membelah kelamnya malam.
Angin yang berlalu itu berbisik lirih di telingaku, melalui hembusannya yang dingin, menusuk kejam.
Katanya: Tidak kah kamu lelah menantinya?
Dan langkahku terhenti saat itu.
Menatap lurus, entah pada siapa.
"Lelah?" tanyaku.
Tak ada jawaban darinya; hanya saja dingin itu semakin menusuk, semakin menggigil.
"Apa mungkin ada lelah? Saat rindu itu tak lagi bisa terkatakan besarnya?"
Kamu ingat dia? bisikku pelan padanya.
Seorang wanita yang entah dari mana, tiba-tiba menguasai isi kepalaku.
Yang hari demi harinya, semakin memenuhi jiwaku dengan cintanya ?
Kamu ingat dia, kan ?
Ah, aku yakin kamu ingat dia. Dulu sekali, aku pernah bercerita tentangnya padamu. Bahwa darinya lah, gelas yang hampir separuh kosong itu, terisi penuh.
Bahwa dia, dengan cintanya, dengan cemburunya membuat hari-hariku menjadi berwarna.
Seorang wanita sederhana, yang membuatku selalu ingin merengkuhnya erat dalam pelukanku.
Seorang wanita, dengan bibirnya yang lucu saat cemberut.
Seorang wanita, yang terlihat tegar di tengah-tengah cemburunya.
Ah, dia itu wanitaku. Kamu ingat dia, kan ?
Dan kamu pasti ingat, setahun yang lalu, saat aku kehilangan dia; aku jadi seperti gila.
Dengan nafas yang tersengal karena rindu yang tiada terkira; membuatku selalu terbangun di tengah malam, di tengah mimpi tentang dia.
Ah, kamu pasti tahu soal itu.
Betapa di dalam setiap detikku, aku selalu merindukan dia.
Betapa dia setiap aku berusaha untuk melupakan bayangan tentang dia, gambaran tentangnya justru tergambar semakin jelas di benakku.
Hey angin!
Aku ingin titipkan salam rinduku ini padanya.
Sampaikan padanya, bahwa tak kan kubiarkan dia pergi kembali, walau sejenak.
Dan sampaikan juga padanya, bahwa di setiap pertengkaran di antara aku dan dia, justru tumbuhan cinta itu semakin tumbuh subur dan berbunga.
Tolong sampaikan: aku selalu cinta dia.
Dan kembali ku tergegas melangkah. Membiarkan angin dingin itu pergi melayang padanya.
Ah, aku jadi semakin merindumu.
***
PS: Sebuah Catatan Tentang Kita, Tentang Kamu dan Aku.
Di antara langkah-langkah yang tergegas, dan membelah kelamnya malam.
Angin yang berlalu itu berbisik lirih di telingaku, melalui hembusannya yang dingin, menusuk kejam.
Katanya: Tidak kah kamu lelah menantinya?
Dan langkahku terhenti saat itu.
Menatap lurus, entah pada siapa.
"Lelah?" tanyaku.
Tak ada jawaban darinya; hanya saja dingin itu semakin menusuk, semakin menggigil.
"Apa mungkin ada lelah? Saat rindu itu tak lagi bisa terkatakan besarnya?"
Kamu ingat dia? bisikku pelan padanya.
Seorang wanita yang entah dari mana, tiba-tiba menguasai isi kepalaku.
Yang hari demi harinya, semakin memenuhi jiwaku dengan cintanya ?
Kamu ingat dia, kan ?
Ah, aku yakin kamu ingat dia. Dulu sekali, aku pernah bercerita tentangnya padamu. Bahwa darinya lah, gelas yang hampir separuh kosong itu, terisi penuh.
Bahwa dia, dengan cintanya, dengan cemburunya membuat hari-hariku menjadi berwarna.
Seorang wanita sederhana, yang membuatku selalu ingin merengkuhnya erat dalam pelukanku.
Seorang wanita, dengan bibirnya yang lucu saat cemberut.
Seorang wanita, yang terlihat tegar di tengah-tengah cemburunya.
Ah, dia itu wanitaku. Kamu ingat dia, kan ?
Dan kamu pasti ingat, setahun yang lalu, saat aku kehilangan dia; aku jadi seperti gila.
Dengan nafas yang tersengal karena rindu yang tiada terkira; membuatku selalu terbangun di tengah malam, di tengah mimpi tentang dia.
Ah, kamu pasti tahu soal itu.
Betapa di dalam setiap detikku, aku selalu merindukan dia.
Betapa dia setiap aku berusaha untuk melupakan bayangan tentang dia, gambaran tentangnya justru tergambar semakin jelas di benakku.
Hey angin!
Aku ingin titipkan salam rinduku ini padanya.
Sampaikan padanya, bahwa tak kan kubiarkan dia pergi kembali, walau sejenak.
Dan sampaikan juga padanya, bahwa di setiap pertengkaran di antara aku dan dia, justru tumbuhan cinta itu semakin tumbuh subur dan berbunga.
Tolong sampaikan: aku selalu cinta dia.
Dan kembali ku tergegas melangkah. Membiarkan angin dingin itu pergi melayang padanya.
Ah, aku jadi semakin merindumu.
***
PS: Sebuah Catatan Tentang Kita, Tentang Kamu dan Aku.
Tidak ada komentar: