Dan Rindu Itu (2)
Masih tentang percakapan gw dengan sahabat gw, Ponco, beberapa hari yang lalu.
"Rindu akan sesuatu yang terbiasa, Ji?" tanyanya.
"Iya."
"Gw ga paham."
"Ah dasar elu-nya aja yang bego," kata gw sambil ketawa.
Oh iya, gw memang sudah biasa ngomong ceplas-ceplos ke orang yang sudah gw anggap deket, dan tentu saja, tidak ada niatan untuk menghina atau apapun itu. Dan mereka (yang sudah deket dengan gw) juga paham, bahwa tak ada niatan untuk mencela pada kalimat yang gw ucapin.
Meski memang, bego juga sih dianya. Hihihi.
"Sialan."
"Co, pernah nggak lo ada di suatu keadaan. Uhm, anggap saja di kantor lo yang sekarang ini."
"Trus?"
"Trus di sana, semisal ada petugas security yang setiap pagi nyapa lo."
"Dan somehow, dia akhirnya keluar, atau katakanlah pensiun gitu."
Ponco nyimak serius. "Trus?"
"Saat dia sudah ga ada di tempat itu lagi, dan sapaan seperti itu sudah tidak lagi lo dengar; apakah lo ngerasa kehilangan?"
Ponco mengernyitkan dahi-nya.
"Bisa jadi sih," katanya lagi.
"Nah, apa itu lantas berarti lo sayang dia?"
"Sialan! Lu kira gua apaan?" kata Ponco sambil ngumpat.
Gw ketawa ngakak.
"Itulah yang gw maksud kemarin, Co."
"Ya, gw akuin, gw kangen banget ama Keke."
Ponco manggut-manggut.
"Dan lo cuma mau mastiin itu gak sama seperti rasa kangen lo ke bapak security itu, kan?" kata Ponco sambil ngakak.
"Aseemmm!!"
Minta disambit sandal orang satu ini.
Tidak ada komentar: