Repost : God! I'm Anonymously In Love
Sore kemarin ada perbincangan yang menarik antara gw dan Alena (sebut saja begitu) - sahabat gw. She told me all about her story - bahasa gampangnya : dia curhat habis-habisan! Padahal lagi di kantor - padahal lagi dikejar dead-line untuk closing laporan keuanganan.
Ah, peduli apa juga sih - udah sore ini. Hehehehe.
So I listen to her story.
"Ji, gw lagi bingung.."
Hm? Gw cuma berdehem, mata gw masih menatap ke arah angka-angka di depan layar komputer.
"Gw bingung.. bingung apakah gw akan terus melanjutkan rencana pernikahan ini..," lanjut Alena, lirih.
Hah? She really got my attention when she said that words.
"I'm in love with another man..,"Alena tertunduk.
Meskipun gw dan dia cukup dekat - dalam arti sahabat, maupun rekan kerja, namun memang kadang ada beberapa hal yang tidak pernah diobrolin. Seperti misalnya hal-hal seperti ini; hal-hal yang sangat pribadi seperti ini.
Alena yang pendiam - dengan wajahnya yang manis, dan terbilang sangat melankolis; Alena yang begitu menggebu-gebu saat menceritakan rencana pernikahannya beberapa bulan ke depan ini; Alena yang nampak begitu bahagia dengan pasangannya - tiba-tiba berkata hal yang seratus-delapan- puluh derajat berbeda dengan kebiasaannya.
I really not in the right position of asking : siapa cowok itu? Atau men-judge dia dengan kalimat, 'kamu ga boleh gitu, len'. Yang gw bisa lakukan cuma satu hal yang memang sudah jadi kebiasaan gw selama ini, bergumam pelan, dan bertanya, "Kok bisa sih?"
Lena makin tertunduk.
Ternyata tanpa harus dipaksa, bahkan tanpa harus gw minta, sahabat gw ini langsung menceritakan segala hal yang membuat dia berpikir untuk menghentikan rencana yang telah dia susun sedemikian lama-nya.
She's anonymously in love.
Waduh, apalagi ini? Akhir-akhir ini, makin banyak saja istilah yang digunakan di dunia percintaan ini (halah!). Pernah nggak ngerasain, ga ada angin, ga ada hujan, tiba-tiba kita merasa suka banget - atau terlalu naif jika dibilang, cinta - dengan orang-orang yang baru kita temui, atau bahkan dengan orang yang tidak pernah kita temui sama sekali, hanya melalui tulisan dia atau suara dia melalui telepon?
Pasti pernah deh. Karena hal itu memang manusiawi banget. Dan hal seperti semakin menjadi setelah zaman bergerak semakin maju dan jarak tidak lagi menjadi suatu kendala.
Internet!
Ya, internet memang memungkinkan kita untuk mengenal seseorang tanpa harus menjabat tangannya terlebih dahulu. Internet memungkinkan kita untuk mengenal puluhan, ratusan, bahkan ribuan teman baru dalam sekejap - yang who knows, satu dari mereka bisa merebut hati kita.
But unfortunately, internet juga bisa dengan mudahnya dimanfaatkan untuk mengganti jati diri kita. Seseorang yang tadinya penakut, menjadi sedemikian pemberaninya, seorang yang tadinya pendiam, menjadi sedemikian talkative-nya.
Bottom line is : melalui internet ini, people could change themself into somebody perfect - as perfect as they possibly thought.
Akibatnya, ga heran jika dengan mudahnya seseorang akan menjadi terpikat karenanya.
Seperti sahabat gw Alena ini. She fell in love with anonymousity (astaga! susah banget nyebutnya). Dia jatuh cinta dengan seseorang yang tidak pernah dia temui sama sekali. Bahkan sedemikian jatuh cintanya hingga sempat terpikir olehnya untuk mengakhiri kisah cinta nyatanya, dan lebih memilih untuk bersama dengan kisah tak nyatanya.
Memang harus diakui, tak semua anonymous love berarti buruk; karena kadang, ada juga pasangan yang terbentuk - dan hidup bahagia - karenanya.
But hey! it could be one of hundreds! or even thousands!
Dan anonymous love ini seakan bisa membentuk dunia baru. Dunia yang terasa lebih nyata dari kenyataan yang sesungguhnya. Meskipun hanya anonymous, namun perasaan yang dihasilkan tetaplah sama; berbunga-bunga saat sedang jatuh cinta; rindu yang menggebu-gebu; hingga sakit yang teramat sangat ketika harus berpisah.
Semua sama.
Yang berbeda cuma satu : in this anonymous world - susah untuk dilihat, mana hitam, mana putih, di mana benar, di mana salah. Kenapa ? Ya, karena hitam dapat segera diputihkan hanya dalam sekejap mata; benar bisa segera menjadi salah; dan salah pun bisa terbenarkan. Dan karena alasan itu pula-lah, anonymousity creates a grey-world. Dunia yang abu-abu; dunia yang ragu untuk menyebut dirinya hitam, ataupun putih.
Dan Alena sedang berada di dalamnya.
Dunia hitam dan putihnya sedang tergerus oleh dunia abu-abunya, hingga sempat terpikirkan untuk menghentikan apa yang telah dia impikan selama ini; pernikahan dengan seseorang yang telah bersamanya selama ini.
"Gw tau Ji, gw salah! I just can't help myself.." Terlihat butiran bening menetes saat dia ucapkan kata itu.
Gw jadi terdiam.
Gw bukan seseorang yang berhak memutuskan salah atau tidaknya seseorang; gw bukan seseorang yang bisa dengan mudahnya membalik perasaan sedih menjadi bahagia; benci menjadi cinta.
Gw cuma sahabatnya. Sahabat yang cuma bisa mendengarkan segala keluh-kesah dia. Sahabat yang berusaha untuk selalu berada di dekatnya.
Kemarin, gw cuma bisa berbisik lirih di telinganya, "Len, cintai hitam maupun putihnya pasanganmu, and the whole-world will coming back to you in return.."
4 komentar:
hidup itu ga sesimple yg kita perkirakan yaa.
tapi sesimple yang kita kerjakan bukan?
aq ada crta yg hampir sm mas aji..sobatq mo nikah sm org yg blm pernh ktmu sm skli dan sdh merancang hr pernikahan..fuihhh jd dag dig dug liat gmn kelanjutannya. i hope happy ending deh..
pooh
@pooh : waduh, keep me updated tentang kelanjutannya ya?!
@aul & coffeeoriental : life is all about the way we see it