Aduh, Kok Gw Diputusin (Lagi) ?

11.01


Pagi!

Beberapa menit yang lalu, gw barusan ngobrol dengan salah seorang temen lama gw; orang jakarta yang aseli jogja (menurut dia, sih).

Namanya - sebut saja - Vivi.

Dia bilang, "mas, aku punya temen baru, orangnya lucu - masa aku dikasih password emailnya, dikasih password friendsternya, disuruh update-in datanya.."

Gw yang masih sibuk dengan game gw (hihihi), cuma bilang, "co atau ce ?"

"Ya, co lah mas."

"Trus kenapa, vi?"

Dia cerita lagi, "waktu aku berhasil masuk ke dalam identitas si laki-laki itu  - ya iyalah, lha wong dikasih id + passwordnya - ternyata isi friend-listnya itu pada perempuan semua."

"Trus?"

"Ya udah mas, aku sekalian aja ngerjain ce-ce yang ada di list-nya itu. Seru juga ternyata," katanya sambil tertawa.

"Pacar kamu, vi?"

"Ih, bukan, mas!" kata Vivi tegas.

"Cuma TTM," sambungnya lirih.

Halah!

Gw langsung keinget dengan oto-biografi dari temen gw satu ini. Wanita satu ini memang ga jelek-jelek banget (hihihi); namun - entah kenapa, setiap kali berurusan dengan apa yang dinamain cinta itu, selalu saja apes

Entah sudah berapa lelaki yang mendapatkan status kekasih - hingga akhirnya berujung sebagai mantan kekasih. Meskipun gw ngerti bener, bukan ini yang dia inginkan. Somehow, she wants to settle to one guy, one person - and let the love lasts for life.

Tapi tetep aja, semuanya berakhir menyedihkan.

Gw sampe bilang ke dia, kenapa sih siklus percintaan kamu itu ga pernah berubah? Siklusnya selalu sama :

1. Kenalan
2. Pacaran
3. Berbunga-bunga
4. Berantem
5. Putus
6. Patah Hati
7. Balik lagi ke poin pertama

Siklus itu berulang-ulang terus; tanpa ada tanda-tanda bahwa siklus ini akan berujung beda; berakhir dengan bahagia.

Dia diem.

"Iya ya, mas. Mungkin ini memang nasibku."

Gantian gw yang diem. Gw ga setuju dengan kalimat terakhir yang dia ucapin itu. Well, karena selama ini, gw selalu percaya, bahwa : hanya yang terbaiklah yang akan diberikan pada kita.

Jadi, ga mungkinlah kalo dia digariskan untuk sedih seperti ini terus.  After all, ini bukan sinetron Cinta Fitri, kan? hehehe.

"Ya ga bisa gitu juga dong, vi."

"Kenapa mas?"

"Kalo kamu ada niat untuk merubah siklus kamu itu; pasti dia akan berubah juga - meskipun mungkin memang tidak akan instan seperti mi-goreng."

Vivi manggut-manggut. Entah dia ngerti atau ga ngerti dengan apa yang gw maksud.

Dan memang, kejadian yang serupa dengan ini tidak hanya terjadi pada si Vivi; banyak banget orang yang gw kenal, mengalami masalah yang sama.

Padahal, apa yang kurang dari mereka ini ya? Kerjaan sudah bagus, cukup mapan; tampang juga ga ngecewain - bahkan bisa dibilang quite good-looking; bahkan, tidak sedikit juga yang cemburu akan keberuntungan yang mereka miliki itu; hanya saja, untuk urusan yang satu ini - mereka gagal.

Mungkin bukan gagal sih, sebut saja : belum berhasil.

Tentu saja melihat fakta-fakta yang ada, gw jadi rada bingung juga; what else should we do, ya?

Humm.

Meski dibilang gagal gitu - bukan berarti tidak ada lelaki yang mampir di hati mereka. Bahkan si Vivi ini, udah ga kehitung lagi berapa (puluh?) nama yang pernah dia curhatin ke gw.

Waktu gw nanya ke dia, jawabannya simpel : ga sreg sih mas.

Idih!

Pernah juga gw becandain ke dia, "Vi, kalo kamu nyarinya yang high-qualified seperti mas gini, ya tentu-aja susah. Coba deh, kamu rendahin dikit kriteria tentang laki-laki ideal kamu itu."

Dia langsung sewot.

Hihihi.

Jujur aja. Susah banget buat ngasih saran tentang suatu hal yang sudah menyangkut masalah-masalah seperti ini : jodoh, takdir, atau apalah. Karena hal-hal semacam itu, sudah out-of-reach banget. Bukan cuma oleh gw, tapi juga oleh dia, dia, dan dia; dan oleh siapapun.

Tapi, coba gw kasih sedikit metafora.

Dalam setiap perjalanan yang kamu tempuh setiap harinya; entah itu ke sekolah, atau ke kantor. Besar kemungkinannya, bahwa jalan yang kamu lalui itu selalu sama, bahkan, bisa jadi pula : jam, menit, bahkan detik-nya pun hampir selalu sama setiap harinya.

Hingga, kamu pun bisa menebak : ah, lima menit lagi, pasti saya sudah sampai di kantor - atau : lima belas menit lagi, saya pasti sudah di rumah - dan kemudian mandi, makan malam, tidur.

Selalu sama.

Hey, udah kelihat obvious banget, kan?

Maksud kamu, Ji?

Gini-gini, maksud gw itu : jika hal itu sudah terlalu sering kamu lakukan (dan menjadi terbiasa), hingga akhirnya, kamu sendiri pun bisa menebak sendiri akhir dari perjalanan kamu itu - jangan lantas kamu menyalahkan jalan yang ada.

Bukankah, kamu sendiri yang memilih untuk melalui jalan itu? Jalan yang sama setiap harinya, setiap waktunya, hingga selalu berawal dan berakhir dengan sama?

Bayangkan seandainya, saat kamu berada di sebuah pertigaan dalam sebuah perjalanan pulang dari kantor. Pernah nggak terpikir untuk memilih jalur belok ke kiri - daripada lurus seperti yang biasa kamu lakukan tiap harinya?

Pernahkah terpikir bahwa : seandainya aku belok ke kiri - tentu saja hal yang terjadi akan berbeda dibandingkan biasanya. 

Bisa jadi, kamu akan lebih cepat sampai di rumah - atau bisa jadi pula, kamu akan lebih lama untuk tiba di rumah. 

Bisa jadi, di jalan ke kiri itu, kamu akan bertemu dengan penjual makanan yang selalu kamu inginkan? Atau, bisa jadi pula di jalan belok ke kiri itu - kamu akan bertemu dengan sahabat lama kamu, yang sudah sekian tahun tidak bertemu.

Bisa jadi, kan?

Lepas daripada itu, yang jelas : perulangan yang selalu terjadi setiap harinya itu - tidak akan terjadi untuk kali ini. Hingga tentu saja kamu tidak perlu lagi merutuk jalan yang kamu tempuh ini.

Udah dapet kan, makna metafora dari gw?

Nah, begitu pula dengan cinta kamu itu. Jika kamu selalu buntu, dan menemukan perulangan-perulangan yang tidak kamu inginkan - dan ingin kamu hindari; tidakkah kamu berpikir : mungkin pilihan akan jalanku yang keliru.

Jadi, kenapa tidak belok kiri saja?

Bisa jadi, kan? 



1 komentar:

Anonim mengatakan...

aku coment ya mas aji ku sayang..

hmm...masalah yg sangat classic ya vi.
setiap orang ingin di temukan and settle with one person.*like u say mas but trust me ga semudah itu.
*XIxixixi pengalaman pribadi*

but untuk kasusnya si neng VIvi ini..
hmmm,..she likes to make a joke with her Own life
and thats not good.
ko gitu yie?
iya,..
kalau di lihat dari fasenya yg selalu sama
kemungkinan terbesar kesalahannya bukan hanya sekedar berada pada jalan yg ditempuh.
tapi juga pada pemikiranmu,pilihan pria mu dan tentu saja pada diri kamu sendiri*pernah kepikiran ga?

renungin de..
mungkin kamu memang senang berada dlm zona main2 mu itu dan blm ingin mengakhiri petualanganmu?

makanya itu lagi dan itu lagi yg menimpamu.
u have to forgive u,r self first...
meminta dgn lebih sungguh2 lagi and the universe will respon u more better.


jodoh itu ga ketuker vi.



note: hehhehe koment aku sama banyaknya sama tulisan authornya.

maaf kan ya, kalau nanti tenaran aku
xixixii
*tetap sehat, tetap semangat

cheers

ayie

Diberdayakan oleh Blogger.