Tentang Penantian Rindu
Kalimat itu masih terngiang jelas di kepala gw.
Sebuah kalimat keras, yang mungkin ada benarnya juga, namun sangat tajam menusuk dalam hati gw.
Pergi? gumam gw dalam hati.
Aku selalu di sini, batin gw lagi.
Dan semua flash back ke beberapa minggu yang lalu; yang dengan sangat terpaksa memang gw ga bisa membalas satu demi satu sapa rindunya.
Jujur, gw memang ga bisa saat itu.
Hingga mungkin kemudian, begitu banyak pikiran bergelayut di benaknya tentang gw; ada bisikan-bisikan yang menenangkan, yang berkata 'mungkin dia memang sedang sibuk, Mi.'; bahkan mungkin juga ada bisikan-bisikan yang dengan jahatnya berkata, 'Mi, dia pasti sedang bersenang-senang dengan yang lain, dan melupakanmu, pasti itu!'.
Dan mungkin bisikan terakhir itu yang memenangkan pertempuran di kepalamu, hingga akhirnya amarah itu membuncah, dan muncullah berbagai kalimat-kalimat, yang jujur, membuat gw sedih.
Tapi kamu tahu, gw bukan dia, yang akan membalas semua amarahmu dengan amarah yang lain.
Gw cuma diam, dan membiarkan semua amarahmu itu lepas.
Sampai kamu tenang.
'Mas sangat tau apa yang kamu rasakan', kata batin gw lirih.
Ya, gw benar-benar tau apa yang kamu rasakan saat ini. Sebuah rindu yang tak berujung, yang kemudian terbakar karena tersulut bisikan pemikiran yang jahat itu.
Ingatkah kamu Januari dua tahun lalu ?
Saat terakhir kali bisa bersapa? Hari itu bagaikan sebuah titik besar, yang memisahkan kita. Yang membuat jemarimu tak mampu lagi gw raih.
Seandainya kamu tahu, setahun lebih perjalanan itu, bagaikan sebuah neraka.
Hari-hari tanpa kamu benar-benar jauh dari pikiran gw. Banyak tanya yang mungkin ga bisa gw jawab, hingga akhirnya - kamu tahu - bahwa hal-hal seperti itu membuat gw susah bernafas.
Tapi saat itu gw yakin, suatu saat nanti, cintamu akan menuntunmu kembali.
Sebuah keyakinan, yang terus ada di kepala.
Detik demi detik berlalu, hingga terkumpul jutaan waktu gw dalam hening tanpa kamu.
Hingga di suatu pagi sebuah telepon darimu memecahkan bongkahan rindu yang hampir membatu itu.
Ya, cintamu kembali.
Jujur, gw sangat paham yang kamu rasakan saat ini.
Dan Mi, saat kamu baca bagian terakhir dari tulisan ini, saat ini mas sedang diam dalam hening ini. Membiarkanmu berjalan dalam pencarian rindumu itu.
Mas akan diam di sini, sekali lagi, menunggu kamu dengan senyum dan keyakinan, bahwa cintamu akan menuntunmu menemukan rindumu kembali.
Hingga, saat rindu itu kau temukan, cepat-cepatlah telepon mas, dan jeritkan rindu yang sudah kamu temukan itu, dan mas akan memelukmu erat, karena sebesar itu pula lah rindu mas padamu.
......
Namun, jika pencarian rindumu ini tak lagi berujung, mas akan rela, dan yakin bahwa dalam perjalananmu itu, kamu akan menemukan seseorang yang lain yang mungkin bisa menggantikan rindumu pada mas.
Dan mas akan tetap di sini, dalam hening dan diam.
Selalu percaya bahwa kamu akan kembali menemukan rindumu pada mas.
Segera telepon saat rindu itu kamu temukan, ya?
******
PS: Sebuah Catatan, Tentangmu.
Tidak ada komentar: